Rabu, 25 April 2012

"Dari Kota Apel ke The Big Apple"

Kutipan judul itu merupakan subjudul dari novel 9 Summers 10 Autumns. Novel itu terinspirasi dari kisah nyata, yaitu kisah penulisnya sendiri. Novel yang ditulis oleh Iwan Setyawan ini merupakan salah satu National Best Seller.
Tak heran jika novel itu menjadi best seller karena isi dan makna dari novel itu sangat inspiratif dan membuat penasaran bagi setiap orang yang merindukan suatu hal yang bernama 'kesuksesan'. Perjalanan menuju kesuksesan dan tujuan hidup yang berliku dan penuh kerja keras. Memberi motivasi bagi siapapun yang sadar akan kemampuan dan potensi dirinya. Semua berawal dari keyakinan diri sendiri dan berani mencoba. Kalau kita tidak pernah melangkah lalu kapan kita akan sampai kepada tujuan kita? dan salah satu kutipan film berbunyi "kalo udah start ya harus sampai finish"... .

Berawal dari cita-citanya yang sangat sederhana, yaitu Iwan ingin memiliki kamar sendiri di dalam rumahnya yang mungil, yang sangat sederhana. Dimana dalam rumah mungil yang disebut Iwan dengan perahu kecil itu terdapat 7 orang termasuk dirinya. Rumah yang berukuran 6x7meter dan hanya terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Iwan selalu berpindah-pindah saat hendak tidur pada malam hari. Maka dari itu ia bertekad bahwa suatu saat nanti dirinya dapat membuat kamar sendiri di rumah mungilnya itu, karena meminta kamar sendiri pada saat itu kepada orangtuanya adalah hal yang sangat bodoh dan tak berhati mengingat kondisi perekonomian keluarganya  yang serba berkecukupan bahkan sering dalam keadaan kekurangan. Ayahnya seorang sopir angkot yang hanya berpendidikan sampai kelas 2 SMP, ibunya bahkan tidak tamat SD, hal itu digambarkan Iwan sebagai cermin kesederhanaan yang sempurna. Iwan memiliki 4 saudara yang semuanya perempuan dan disebutnya dengan 4 pilar kokoh.
Hidup dalam kondisi serba kekurangan, tidak pernah mematahkan semangat Iwan dan keempat saudaranya untuk menggapai cita-cita mereka. Ia yakin bahwa pendidikan dapat menjadi jalan keluar dari penderitaan dan mengubah hidup seseorang.
Iwan menggambarkan sosok ibu sebagai sosok yang berperan besar dalam membangun karakter dan memperjuangkan pendidikan untuk kelima anaknya, tak terkecuali anak perempuannya. Ibunya yakin bahwa pendidikan akan menjanjikan masa depan yang cerah.
Lulus dari SMAN 1 Batu dengan prestasi yang baik, Iwan mendapat undangan khusus untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Keluarganya sangat gembira, tapi Iwan gamang karena mengingat biaya kuliah yang harus ditanggung. Karena tak ingin Iwan kehilangan kesempatan untuk kuliah, sang ayah menjual satu-satunya angkot yang selama puluhan tahun telah menghidupi keluarganya itu. Kemudian ayah Iwan menjadi sopir truk.
Iwan diterima di jurusan Statistika, salah satu jurusan favorit di IPB. Mahasiswa yang berhasil masuk jurusan ini memiliki IPK tinggi di Tingkat Persiapan Bersama. Karena itu, tingkat persaingannya pun sangat ketat. Mulanya Iwan sempat grogi dan merasa tak yakin dapat memenuhi harapan orangtuanya. Dalam kegalauan hatinya, ibunya menenangkannya dengan mengatakan, "Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut." Nasehat sang ibu memberi keyakinan bahwa menjalani proses adalah menjalankannya sekarang, saat ini, dengan kerja keras dan melepas ketakutan akan hasil yang didapat. Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya. Alhasil, Iwan berhasil menjadi lulusan terbaik dari fakultas MIPA jurusan Statistika di IPB pada tahun 1997.
Setelah lulus dari IPB, Iwan diterima bekerja di AC Nielsen Jakarta sebagai data analyst selama dua tahun, lalu di Danareksa Research Institute (DRI). Tak lama kemudian, Iwan mendapat tawaran sebagai data processing executive di Nielsen International Research di New York. Sungguh tawaran yang sulit ditolak. Terbukti, berkat kerja keras, ketekunan, dan keyakinannya, Iwan berhasil melampaui mimpinya.
Setelah 8 tahun berkarier di New York, Iwan berhasil menduduki posisi tinggi sebagai Director Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York. Namun karena kerinduannya yang dalam pada tanah kelahirannya, Batu, di tahun ke-10 Iwan memutuskan untuk berhenti dari perusahaan itu dan memilih kembali ke Indonesia. Dan Iwan berjanji akan membangun sebuah kamar kecil yang pernah Ia idam-idamkan dulu.
"Namun tak selamanya gemerlap lampu-lampu New York dapat mengobati kerinduan akan rumah kecil dan Tanah Airnya. Dan pada akhirnya, cinta keluargalah yang menyelamatkan semuanya."

Luar biasa kegigihan dan kerja keras Iwan yang dapat kita teladani. Yang terpenting adalah yakin dengan apa yang akan kita lakukan, dan percaya bahwa kita bisa dan pasti bisa melakukan itu. Selalu positif thingking dengan cita-cita kita dan dengan proses menggapai cita-cita kita. Harus mau mencoba dan pantang menyerah meraih mimpi, walaupun dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki. Because nothing perfect in this world.
Salah satu kutipan dalam novel 9 Summers 10 Autumns yang sangat luar biasa yaitu "impian harus menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak"
Subhanallah......
RECOMMENDED !!!
»»  Baca sampai tuntas...